Saturday, July 19, 2014

Bioflok, Budidaya Ikan yang Efisien

Budidaya merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan smber pendapatan tambahan bagi masyarakat perkotaan. Beberapa daerah di sekitar kota, seperti di Ciganitri, Bandung, pernah tercatat sebagai daerah perikanan yang produktif. Namun demikian, menurunnya kualitas dan kuantitas air air serta alih fungsi lahan mengakibatkan banyak usaha perikanan semakin lesu. Kegiatan perikanan air tawar di Kabupaten Bandung sekarang ini berkurang dan mengalami penurunan produksi akibat lahan yang terbatas dan sumber air yang tercemar limbah industri.

bioflok
Budidaya ikan di perktaan seharusnya menggunakan sistem budidaya yang minim penggunaan lahan dan air, misalnya dengan pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan wadah non-permanen (background hatchery). Penggunaan bioflok sebagai media budidaya ikan adalah teknologi yang sesuai untuk budidaya ikan di lahan sempit dan air yang terbatas.

Prinsip kerja bioflok adalah penerapan kumpulan mikroorganisme air yang mampu berperan sebagai pengganti pakan ikan/udang yang sekaligus berfungsi mempertahankan kualitas air, bahkan sebagai obat untuk serangan penyakit bakteri. Prinsip dasar pembentukan biflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik menjadi massa sludge berupa bioflok dengan menggunakan bakteri pembentuk flok (flocs forming bacteria) yang mensintesis biopolimer polihidroksialkanoat sebagai pengikat bioflok.

Bioflok yang terbentuk dalam badan perairan tadi dapat dimanfaatkan oleh spesies lain sebagai pakan tambahan. Selain itu juga berfungsi sebagai pemurni (purifikasi) air di kolam dengan mengoksidasi bahan organik, melangsungkan nitrifikasi, dan membatasi pertumbuhan plankton. Secara umum bahan organik dalam air dioksidasi secara aerob oleh bakteri pembentukan bioflok menjadi gas CO2 dan H2O serta residu berupa massa sludge (flok) sesuai dengan nilai konversi dari senyawa organik tersebut.

Keuntungan secara ekologis yaitu penggunaan air sebagai media pemeliharaan dapat dihemat, penggantian air cukup dilakukan dua bulan sekali. Begitu juga substrat dasar tambak yang jauh lebih "bersih" dibandingkan dengan tambak tanpa aplikasi bioflok. Keuntungan dari sisi finansial pada tambak yang mengaplikasikan bioflok adalah memungkinkan diterapkannya kepadatan tinggi diatas 500-2500 ekor/m dengan FCR sampai 0,7.

Selain itu biaya penyediaan pakan akan lebih rendah sekitar 40% karena pada sistem ini, kandungan protein yang merupakan bahan pakan termahal, bukan prioritas. Pakan untuk budidaya sistem bioflok lebih diutamakan memiliki komposisi yang lengkap dan memiliki rasio C/N (sekitar 15%). Oleh karena itu teknologi bioflok mampu memangkas biaya produksi lele hanya Rp.6.000-7.000/kg, sedangkan dengan metode konvensional menghabiskan biaya Rp.10.000/kg sehingga mampu mendongkrak keuntungan pembudidaya ikan.

Kementrian BUMN telah memberikan bantuan untuk menunjang perekonomian pesantren dan nelayan pantura pada budidaya lele sistem bioflok di 100 desa. Kegiatan ini diproyeksikan sebagai backyard saat nelayan tidak melaut. Diharapkan kegiatan tersebut selain secara ekonomis mendukung program industrialisasi perikanan, sekaligus menyediakan sumber protein hewani yang murah bagi masyarakat.

Yuli Andriani
Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.

No comments:

Post a Comment