Masih tertarik untuk membudidayakan belut? Peluang bisnis ini meski banyak yang sudah meninggalkan karena banyak mengalami kegagalan, justru malah menguntungkan para pembudidaya yang sudah berhasil loh. Omset ratusan juta bisa didapat dalam satu bulan. Kenapa? Karena persaingan yang sangat minim dengan jumlah permintaan yang sangat melimpah.
Mari bicara mengenai permintaan di Jakarta saja. Ada sekitar 15 juta penduduk yang tinggal di Jakarta. Jika asumsinya 0,5% saja dari jumlah penduduk itu yang mengkonsumsi belut setiap hari, itu artinya sekitar 75 ribu orang. Anggap saja satu orang memakan sekitar 1 ons belut, berarti kebutuhan Jakarta akan belut mencapai sekitar 75 ton/hari! Jumlah ini sampai sekarang masih mengandalkan hasil tangkapan, sehingga peluang sebagai pembudidaya tentunya sangat berpotensi bukan?
Mari bicara mengenai permintaan di Jakarta saja. Ada sekitar 15 juta penduduk yang tinggal di Jakarta. Jika asumsinya 0,5% saja dari jumlah penduduk itu yang mengkonsumsi belut setiap hari, itu artinya sekitar 75 ribu orang. Anggap saja satu orang memakan sekitar 1 ons belut, berarti kebutuhan Jakarta akan belut mencapai sekitar 75 ton/hari! Jumlah ini sampai sekarang masih mengandalkan hasil tangkapan, sehingga peluang sebagai pembudidaya tentunya sangat berpotensi bukan?
Budidaya belut ini memang sudah sering dibahas di berbagai milis, majalah, serta blog. Iming-iming keuntungan yang sangat besar masih menjadi faktor penarik utama. Namun diantara banyak orang yang mecoba peruntungan di bidang budidaya hewan ternak satu ini tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan. Bahkan dari yang di temukan di lapangan, ternyata lebih banyak yang gagal ketimbang yang berhasil. Ini bisa diartikan bahwa budidaya belut bukanlah perkara mudah.
Saya sendiri pernah mencoba terjun pada komoditi ini, namun setelah hampir 2 tahun selama kurun waktu tahun 2008 - 2010 mencari-cari pengepul, pembudidaya, semuanya hampir bisa dipastikan fiktif, sebagian sudah beralih pada komoditi lain. Saya cari ke Pati, Semarang, Solo, Purwokerto, bahkan sampai blusukan di Godean, Yogyakarta. Hasilnya nihil.
Tapi akhir-akhir ini saya baru paham, bahwa memang budidaya ini tingkat kesulitannya sangat tinggi, karenanya sangat jarang yang melirik untuk membudidayakannya, bahkan dengan iming-iming keuntungan yang menggiurkan. Mungkin anda yang tertarik sudah pernah juga membaca banyak buku yang membahas mengenai berbagai teknik budidaya belut ini dan masih saja mengalami kegagalan. Saran saya, teruslah berusaha!
Belut sering disamakan dengan sidat, padahal kedua hewan ini berbeda, meski sekilas memang terlihat sama. Jika kita perhatikan, pada sidat itu terdapat sirip di dekat insangnya, tapi pada belut tidak ditemukan adanya sirip. Juga pada bentuk tubuhnya, belut terlihat sedikit pipih, sedangkan sidat bentuknya lebih bulat. Jadi jangan salah lagi ya :)
Hewan ini tergolong hewan yang aktif pada malam hari, karenanya pada media tanam biasanya diberi penutup supaya terhindar dari sinar matahari berlebih. Hindari penutupan total, sebab bagaimanapun juga media tanam masih membutuhkan sinar matahari untuk pertumbuhan spora serta makanan alami belut seperti ikan-ikan kecil dan bekicot.
Kesalahan utama dari pembudidaya pemula adalah pada pada persiapan media tanam belut. Pada proses mempersiapkan media tanam itu tidak bisa diselesaikan secara instan, karena belut merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Tak jarang para peternak belut yang sudah berhasil itu harus menyiapkan media tanam selama 2-3 minggu sebelum akhirnya media siap untuk ditanami belut, karena membudidaya belut berarti menciptakan sebuah lingkungan bagi belut yang kita budidaya semirip mungkin dengan lingkungan aslinya.
Media biasanya penggabungan antara lumpur sawah yang sudah dibersihkan dari benda-benda tajam seperti kerikil, sampah plastik dan sejenisnya, lalu dicampur dengan cacahan jerami dan pelepah pisang. Tiga komponen ini lalu dicampur pada media yang telah disipakan sebelumnya. Bisa berupa kolam tembok permanen, tong, ataupun kolam terpal. Beri air secukupnya lalu tambahkan cairan mikro organisme. Gunanya adalah untuk mempercepat proses fermentasi media tanam juga untuk merangsang pertumbuhan cacing ataupun mikroba lain sebagai pakan belut nantinya.
Untuk mengetahui apakah media telah siap atau belum, setelah dibiarkan selama 2 minggu coba tusuk media menggunakan kayu atau apapun ke dalam media tadi. Jika kemudian mengeluarkan gelembung gas dan atau masih tercium bau tidak sedap itu tandanya fermentasi belum sempurna, dan media belum bisa digunakan. Tapi bila media tidak mengeluarkan gelembung udara dan tidak mengeluarkan bau, itu tandanya media telah siap.
Setelah belut dimasukkan, beri pakan berupa ikan-ikan kecil, cacahan bekicot, atau pelet ikan juga bisa, tapi jangan terlalu banyak, karena pelet bisa mempengaruhi tingkat keasaman media jika terlalu sering digunakan. Belut siap panen setelah 3-4 minggu.
Selamat mencoba ya :)
No comments:
Post a Comment